Puisi Miftahul Rizki Berjudul Dialog Pemuda dan Harapan 5 Bait 18 Baris
M
Dialog Pemuda dan Harapan
© Miftahul Rizki
Pemuda dan Harapan
Muak dia dengarkan cacian
Lelah dia hiraukan makian
Ada alasan dia begitu
Setiap kali dia menunggu
Begitu pula impiannya menjauh
Dia tidak lupa
Bahwa nawasena impiannya
Tetapi manusia tidak berdaya
“Aku takut” kata Pemuda
“Bagaimana kalau malang di garis akhir”
“Kadangkala,hasil tak sehebat harapan bukan?”
“Tabah!” seru Harapan
“Sebentar lagi kau akan menggapaiku”
“Terus berusaha”
“Karena Ia memberi hasil pada harapan”
“Tak apa lama jika akhirnya bangga”
“semoga harsa garis akhirnya”
Puisi ‘Dialog Pemuda dan Harapan’ menawarkan dialog yang menarik antara dua entitas, yakni Pemuda dan Harapan. Interaksi ini menggambarkan perjuangan batin yang kerap dialami oleh kaum muda—ketidakpastian dan ketakutan akan kegagalan di satu sisi, dan dorongan untuk tetap berjuang di sisi lain. Emosi dalam puisi ini cukup kuat, terutama dalam menyampaikan rasa cemas dan harapan yang kontras. Namun, meskipun dialog ini menambah daya tarik, tidak banyak elemen kejutan yang ditemukan dalam narasinya. Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan langsung, namun berhasil menyampaikan pesan dengan jelas. Meskipun demikian, ada ruang untuk memperkaya pilihan kata agar lebih puitis dan menambah kedalaman makna. Dari segi ide, konsep percakapan antara Pemuda dan Harapan bukanlah hal baru, namun eksekusinya cukup baik dalam menggambarkan tema universal tentang perjuangan dan harapan. Kedalaman makna dalam puisi ini terletak pada dorongan untuk tidak menyerah meskipun hasil belum sesuai dengan harapan. Puisi ini menguatkan pembaca untuk tetap berusaha dan percaya bahwa usaha tidak akan sia-sia.