Puisi Diangga Cilna Agasta Berjudul Aku, Kamu, Kalian 1 Bait 6 Baris
D
Aku, Kamu, Kalian
© Diangga Cilna Agasta
Untukmu kekasih yang selalu menyebutku pecinta terbaik
Jika nanti aku datang dengan segenggam cinta yang manis, percayalah itu bukan untukmu.
Untukmu kekasih yang selalu menyebutku kopi pagimu
Jika nanti aku datang dengan segelas kopi pahit, percayalah itu bukan untukku.
Nuansa hati yang selalu hingar bingar dengan rayuanmu
Tapi aku bukan Dia, manis.
Puisi ‘Aku, Kamu, Kalian’ menawarkan sebuah eksplorasi yang menarik tentang dinamika cinta dan identitas diri. Penggunaan kata ‘pecinta terbaik’ dan ‘kopi pagimu’ menciptakan citra yang kuat, menyoroti harapan dan kekecewaan dalam hubungan. Namun, ada nuansa ironi yang mendalam ketika penulis menegaskan bahwa cinta dan perhatian yang diharapkan tidak selalu saling beririsan. Baris ‘percayalah itu bukan untukmu’ menciptakan ketegangan emosional yang menggugah pemikiran, seolah mengajak pembaca untuk merenungkan batasan cinta yang sering kali dipahami secara sepihak. Meskipun puisi ini berhasil menyampaikan perasaan yang kompleks, ada kalanya pilihan kata terasa kurang beragam, yang dapat membatasi keindahan bahasa. Namun, keaslian ide dan kedalaman makna puisi ini patut diacungi jempol, karena membawa kita pada refleksi diri yang mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini adalah sebuah karya yang menggugah, meski masih ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut dalam aspek keindahan bahasa.