Puisi Nia Bayu Apriani Berjudul Perjalanan Abadi 2 Bait 13 Baris
N
Perjalanan Abadi
© Nia Bayu Apriani
Ketika nanti tubuh ini
Terdampar pada ruangan sempit
Terselimut akar-akar penuh duri
Tiada daya kecuali menangis sendiri
Saat baju tinggalkan jiwa
Hanya menyisakan raga berlumur dosa
Inginku kembali pulang
Namun, jalannya telah tertutup sempurna
Isak tangis menelan gulita
Tertunduk patuh pada tepi keinginan
Jeritanku, gelegar petir dalam sunyinya kehampaan
Namun, semua insan tetap menatapku dengan sembab air mata
Sukoharjo, Desember 2022
Puisi ‘Perjalanan Abadi’ ini menyuguhkan suasana yang penuh dengan emosi mendalam, menggambarkan renungan eksistensial tentang akhir hayat dan penyesalan. Dengan penggunaan diksi yang melankolis, seperti ‘raga berlumur dosa’ dan ‘isak tangis menelan gulita’, penulis berhasil menciptakan suasana yang suram namun memikat. Keindahan bahasa dalam puisi ini terletak pada kemampuannya menyampaikan perasaan putus asa dan kerinduan untuk kembali, meskipun jalan itu telah tertutup. Meskipun tema kematian dan penyesalan bukanlah hal baru dalam dunia puisi, cara penyampaian yang penuh perasaan membuatnya tetap menarik. Ada kedalaman makna yang menggugah renungan tentang perjalanan hidup dan konsekuensi dari tindakan kita. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini mungkin kurang terasa, karena mengikuti pola yang cukup umum dalam tema sejenis. Secara keseluruhan, ‘Perjalanan Abadi’ adalah karya yang mengajak pembaca merenungkan makna hidup dan menghadapi ketidakberdayaan dalam menghadapi akhir yang tak terhindarkan.