Puisi Jayanto Halim Tjoa Berjudul Metamorfosis Jiwa Tua 8 Bait 32 Baris
Metamorfosis Jiwa Tua
Pernahkah kau dengar sebuah kisah
Di bawah gemerlap mati hidupnya tujuh purnama?
Seonggok jiwa tua berbicara dalam kebisuannya
Menghitung sisa hari yang masih dimilikinya
Pada penghujung hari yang dinantikan
Di kala jiwa tua ini telah lelah berkelana
Dan tak lagi benderang maupun rupawan
Hanya sunyi yang mampu ia bawa ke alam baka
Perlahan sang jiwa tua itu hidup lagi
Dalam hausnya ia berkelana
Membawa beban sepanjang hidup barunya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi unta
Jika memang kebodohan menjadi alasanmu untuk memikul beban?
Apakah ketidakpastian menjadi sebuah tuntutan akan langkahmu?
Dan jika kematian lagi-lagi akan menghampirimu
Sanggupkah engkau menghapuskan derita dalam kesendirianmu?
Dan sekali lagi jiwa tua itu harus mati
Tidak ada lagi belengguh yang harus ia pikul
Hanya kebebasan yang terdapat dalam aumannya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi singa
Tak ada lagi sakit dan derita yang mampu kau rasa
Semua lawanmu telah habis kau bunuh satu per satu
Dan memang jika waktunya harus tiba
Engkau siap membunuh sang naga perkasa
Dalam pertarungan terakhir kemenangan telah kau raih
Namun ajal mampu mengabadikan namamu
Jiwa tua dirimu telah terbebas dari segala bentuk takhayul
Mengalami pemuluran dan hidup dalam keabadian sebagai seorang anak kecil
Tiada lagi afirmasi kudus maupun fana yang harus kau mengerti
Yang ada hanyalah proses pelupaan tanpa harus mengingat apapun
Jika kematian tak lagi dapat menemuimu dan mengakhirimu
Abadilah engkau dalam keesaan ningrat itu
Puisi ‘Metamorfosis Jiwa Tua’ berhasil menangkap perjalanan emosional yang mendalam, menggambarkan transformasi jiwa dari keletihan menuju kebebasan. Penggunaan metafora yang kuat, seperti perbandingan jiwa dengan unta dan singa, memberikan dimensi baru pada tema kehidupan dan kematian. Bahasa yang digunakan terampil dan puitis, menciptakan nuansa yang kaya dan menyentuh. Namun, ada beberapa bagian yang tampak berulang, yang dapat mengurangi ketegasan penyampaian pesan. Keaslian ide yang diusung memang menarik, tetapi terdapat pengulangan tema yang mungkin membuat pembaca sedikit kehilangan fokus. Dalam hal kedalaman makna, puisi ini mengajak pembaca merenungkan siklus kehidupan, namun ada kalanya makna tersebut terasa terlalu kabur. Elemen kejutan juga hadir, meskipun tidak selalu memunculkan dampak yang mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini menggugah dan berpotensi untuk menginspirasi, meskipun beberapa aspek masih bisa diperhalus untuk meningkatkan dampaknya.