Puisi Atmimlana Najana Berjudul Ibu, Sang Malaikatku 9 Bait 36 Baris
Ibu, Sang Malaikatku
Keringat membasahi ragamu setiap hari
Kecupan kelelahan tak pernah luput menemani
Menghadirkan semangat tuk bangkit dari membumi
Meski badai siap menyergap, menjemput nyawa diri
Mentari selalu menemanimu
Melangkahkan kaki, mengukir senyumku
Walau telah sampai langkahmu diujung jurang curam itu, namun... Bukan berhenti
Tapi kau tetap terus berlari mengorbankan sukma, demi diriku ini
Waktu terus berlalu
Keadaan dunia kian mendesak mu
Mendesak, memaksa, dan menuntut jiwa ragamu tuk putus asa
Tapi... Apa?! Langkahmu tetap terus kau pacu semakin laju, untuk mencipta tawaku
Ibu, aku tau
Secercah ukiran senyum di wajahmu itu palsu
Saat ini, hati mu sedang tergores pilu
Karena aku, karena kesedihan dari mataku ini!
Karena tangis pilu, atas inginku yang menuntut tuk di penuhi!
Tapi, kau simpan perih mu, dan tetap menuruti inginku
Kau dekap seorang diri sakit mu itu
Membiarkanku, tidak mengetahui semua lukamu
Agar senyum, tak meninggalkan sudut bibirku
Semua duka yang kian menganga tak pernah kau tampakkan dihadapan ku
Kau dekap seorang diri semua desah mu
Lalu, rasa menyakitkan itu kau lawan demi mereda tangis ku
Menimang ku, dengan penuh kasih sayang
Membelai pipiku dengan penuh rasa cinta
Memeluk ku, mendominasi kehangatan di sana
Mendekap, memberiku ketenangan, menyematkan kebahagiaan
Terimakasih Bu,
Atas semua peluh yang kau relakan mengucur untuk ku
Atas beribu-ribu keringan yang menetes karena ku
Atas jutaan doa dan nasihat yang terucap untuk ku
Maafkan aku Bu,
Slalu menyusahkan mu
Membingungkan mu, dengan berbagai pintaku
Menyayat tajam hatimu, dengan kata-kata kasar yang sering keluar dari mulutku
Puisi “Ibu, Sang Malaikatku” menyentuh hati dengan penggambaran kasih sayang seorang ibu yang tak terhingga. Melalui liriknya, penulis berhasil menangkap perjuangan dan pengorbanan yang sering kali luput dari perhatian anak. Kekuatan emosi dalam puisi ini sangat terasa, terutama pada bagian-bagian yang menggambarkan kesedihan dan pengorbanan ibu demi kebahagiaan anaknya. Bahasa yang digunakan meskipun sederhana, tetapi sangat efektif dalam menyampaikan perasaan yang mendalam. Namun, ada kalanya penggunaan repetisi terasa berlebihan dan bisa mengurangi keindahan keseluruhan. Ide yang diusung juga tidak terlalu baru, karena tema cinta ibu adalah tema yang umum, tetapi cara penyampaiannya memberikan nuansa segar. Kedalaman makna puisi ini sangat kuat, menyiratkan banyak lapisan emosi dan realitas kehidupan. Meskipun tidak banyak elemen kejutan, penulis berhasil menjaga ketegangan emosional hingga akhir. Secara keseluruhan, puisi ini adalah sebuah penghormatan yang tulus kepada sosok ibu, dan berhasil menyentuh banyak pembaca.