Puisi Livia Berjudul Cerita takdir 5 Bait 20 Baris
Cerita takdir
Aku dan kamu bukan apa,
Bukan siapa,
Dan tak pernah ada.
Tapi takdir telah permainkan penyelamnya.
Dia pertemukan yang tak pernah bertemu.
Dia tautkan yang tak pernah sampai.
Dia sembuhkan yang tak mungkin sembuh.
Ya itulah takdir yang seperti bayangan namun jelas jika diterjang.
Seperti mendung yang tiba-tiba datang dikala terik menghangatkan badan,
tak terduga, tak terkira.
Aku, kamu, adalah pemainnya.
Walau terkadang harus naif karna tak mau dikalahkan.
Menganggapnya mampu kita kendalikan.
Kita adalah cerita,
bukan untuk dikenang tapi dibanggakan.
Kita adalah untaian kehidupan yang akan indah jika disatukan.
Kita adalah bait-bait cinta yang tak akan hilang romansanya.
Disitulah kita, di antara takdir yang menyala.
Di antara semerbak wangi bunga senja merona.
Disini, di dunia, dan di surga.
Puisi “Cerita Takdir” menyuguhkan perjalanan emosional yang dalam, mengajak pembaca merenungi hubungan antara takdir dan cinta. Dalam ungkapan yang sederhana namun kuat, penulis berhasil menggambarkan rasa keterhubungan yang melampaui ruang dan waktu. Frasa seperti ‘takdir yang seperti bayangan’ dan ‘semberbak wangi bunga senja merona’ memberikan nuansa visual yang indah dan menyentuh hati. Namun, ada kalanya penyampaian ide terasa sedikit repetitif, meskipun tetap memikat. Keaslian tema takdir dalam cinta menjadi daya tarik tersendiri, meskipun topik ini bukanlah sesuatu yang baru dalam sastra. Kedalaman makna puisi ini menarik perhatian, mengajak kita menyelami arti dari pertemuan dan perpisahan. Di sisi lain, elemen kejutan dalam puisi ini cukup minim, sehingga pembaca mungkin tidak menemukan twist yang tak terduga. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang indah dan reflektif, meskipun ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam hal orisinalitas dan kejutan.