Puisi Denza Perdana Berjudul Akhir Cahaya 2 Bait 8 Baris
D
Akhir Cahaya
© Denza Perdana
Seakan dunia sedang tertawa
tergelitik oleh tingkah manusia
sujud punya makna jumawa
zalim kian lazim dan biasa
Maka bumi berguncang manasuka
setelah adil berdiri, cahayanya mati terlindas dusta
Tepat saat itu terjadi,
hari berhenti lalu menyucikan diri
Puisi “Akhir Cahaya” berhasil menangkap nuansa pertentangan antara keadilan dan ketidakadilan, sehingga menciptakan resonansi emosional yang mendalam. Penggunaan frasa seperti ‘tingkah manusia sujud punya makna jumawa’ menunjukkan pengamatan tajam terhadap perilaku manusia yang sering kali menentang norma moral. Keindahan bahasa tercermin dalam pemilihan kata yang kuat dan ritmis, seperti ‘cahayanya mati terlindas dusta’, yang memadukan keindahan dengan kegelapan tema yang diangkat. Ide yang dihadirkan cukup orisinal, membawa pembaca pada refleksi tentang kondisi dunia saat ini, meskipun tidak sepenuhnya baru. Kedalaman makna terasa kuat, karena puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan implikasi dari keadilan yang hilang. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini agak minim; meskipun ada beberapa momen yang menarik, puisi ini lebih banyak mengandalkan kekuatan narasi dan emosi daripada twist yang tak terduga. Secara keseluruhan, “Akhir Cahaya” adalah karya yang kuat, menggugah, dan penuh makna, meskipun ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut dalam hal kejutan.