Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
Puisi “Hanya” menawarkan sebuah pengalaman emosional yang mendalam dengan penggunaan elemen sederhana namun sangat kuat. Penulis berhasil menggugah perasaan dengan menyampaikan kehadiran yang tidak terlihat melalui simbol-simbol alam seperti burung dan angin. Kekuatan emosi dalam puisi ini sangat terasa, terutama dalam penggambaran rasa rindu dan keyakinan akan keberadaan orang yang dicintai, meskipun secara fisik tidak tampak. Keindahan bahasa yang digunakan juga patut diacungi jempol; kesederhanaan diksi membawa kejelasan yang menambah daya tarik puisi ini. Ide yang diusung sangat orisinal, mengangkat tema kehadiran yang tak kasat mata, memberikan nuansa baru dalam eksplorasi cinta dan kerinduan. Namun, meskipun makna yang terkandung dalam puisi ini cukup dalam, pembaca mungkin mengharapkan sedikit lebih banyak lapisan atau nuansa yang lebih kompleks. Elemen kejutan dalam puisi ini juga tidak terlalu mencolok, meskipun ada keindahan dalam penegasan yang konsisten terhadap tema. Secara keseluruhan, “Hanya” adalah sebuah puisi yang menyentuh, membangkitkan rasa, dan sangat layak untuk dihargai.