
tadinya aku pengin bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat:
setiap orang butuh tanah
ingat: setiap orang!
aku berpikir tentang
sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian?
aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku
aku berpikir tentang gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam?
1989
Puisi ‘Tentang Sebuah Gerakan’ berhasil menyampaikan kerinduan dan kebutuhan akan tempat berlindung yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga simbolis. Melalui pilihan kata yang sederhana namun menyentuh, penulis mengajak pembaca merenungkan makna dari sebuah gerakan kolektif. Terdapat pergeseran dari keinginan individu menuju kesadaran kolektif yang sangat kuat, menciptakan resonansi emosional yang mendalam. Struktur puisi yang tidak terikat pada konvensi baku memberikan kebebasan ekspresi, meskipun kadang terasa agak terburu-buru. Namun, kejujuran dalam ungkapan ini menciptakan kedalaman yang sulit untuk diabaikan. Dengan menyisipkan tahun 1989, penulis seolah mengingatkan kita pada konteks sejarah yang penuh gejolak, sehingga menambah lapisan makna pada puisi ini. Secara keseluruhan, ini adalah sebuah karya yang menggugah pikiran dan perasaan, meski ada ruang untuk eksplorasi lebih dalam dalam penyampaian ide-ide yang kompleks.