Tanah

Widji Thukul

tanah mestinya dibagi-bagi

jika cuma segelintir orang

yang menguasai

bagaimana hari esok kamu tani

tanah mestinya ditanami

sebab hidup tidak hanya hari ini

jika sawah diratakan

rimbun semak pohon dirubuhkan

apa yang kita harap

dari cerobong asap besi

hari ini aku mimpi buruk lagi

seekor burung kecil menanti induknya

di dalam sarangnya yang gemeretak

dimakan sapi

1989-Solo

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    5
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    3
    3.8/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Tanah” ini berhasil menyampaikan kepedihan dan harapan yang berkaitan dengan penguasaan lahan dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat menciptakan resonansi emosional yang mendalam. Imajinasi yang dihadirkan, seperti burung kecil yang menunggu induknya, menambah nuansa ketidakpastian dan kerentanan. Meskipun terdapat keindahan dalam penataan kata, ada saat-saat di mana aliran narasi terasa sedikit terputus, membuat pembaca tersesat dalam makna. Namun, tema yang diangkat sangat relevan dengan konteks sosial saat ini, menjadikannya tidak hanya sekadar puisi, tetapi juga sebuah refleksi kritis terhadap isu-isu agraria. Secara keseluruhan, puisi ini memberikan kedalaman yang memadai, meskipun ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam elemen kejutan yang dapat menarik perhatian pembaca lebih dalam. Dalam hal ini, puisi ini adalah pengingat penting bahwa tanah bukan hanya sekadar benda mati, tetapi juga wadah kehidupan yang penuh harapan dan perjuangan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *