
tanah mestinya dibagi-bagi
jika cuma segelintir orang
yang menguasai
bagaimana hari esok kamu tani
tanah mestinya ditanami
sebab hidup tidak hanya hari ini
jika sawah diratakan
rimbun semak pohon dirubuhkan
apa yang kita harap
dari cerobong asap besi
hari ini aku mimpi buruk lagi
seekor burung kecil menanti induknya
di dalam sarangnya yang gemeretak
dimakan sapi
1989-Solo
Puisi “Tanah” ini berhasil menyampaikan kepedihan dan harapan yang berkaitan dengan penguasaan lahan dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat menciptakan resonansi emosional yang mendalam. Imajinasi yang dihadirkan, seperti burung kecil yang menunggu induknya, menambah nuansa ketidakpastian dan kerentanan. Meskipun terdapat keindahan dalam penataan kata, ada saat-saat di mana aliran narasi terasa sedikit terputus, membuat pembaca tersesat dalam makna. Namun, tema yang diangkat sangat relevan dengan konteks sosial saat ini, menjadikannya tidak hanya sekadar puisi, tetapi juga sebuah refleksi kritis terhadap isu-isu agraria. Secara keseluruhan, puisi ini memberikan kedalaman yang memadai, meskipun ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam elemen kejutan yang dapat menarik perhatian pembaca lebih dalam. Dalam hal ini, puisi ini adalah pengingat penting bahwa tanah bukan hanya sekadar benda mati, tetapi juga wadah kehidupan yang penuh harapan dan perjuangan.