
Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
Sewaktu detik pun jatuh
Kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengabur batas ruang
Kita pun bisu tersekat dalam pesona
Sewaktu ia pun memanggil-manggil
Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca
Puisi “Sajak Putih” mengajak pembaca untuk meresapi keheningan dan kedalaman kenangan. Penggunaan kata-kata yang sederhana namun penuh makna, seperti ‘bumi menerima tanpa mengaduh’ dan ‘kasih tanpa suara’, menciptakan suasana yang melankolis dan reflektif. Penulis berhasil menyampaikan perasaan nostalgia dengan cara yang halus, dan gambaran alam yang dihadirkan sangat kuat, seolah-olah kita dapat merasakan kehadiran bumi itu sendiri. Namun, meskipun ada keindahan dalam struktur dan pilihan kata, puisi ini cenderung kurang menawarkan elemen kejutan yang dapat membuat pembaca terpesona. Secara keseluruhan, “Sajak Putih” adalah karya yang indah, meskipun masih ada ruang untuk eksplorasi lebih jauh dalam ide-ide yang lebih orisinal dan mendalam.