
Sebab percaya akan keampuhan0„2 industri
dan yakin bisa memupuk modal nasional
dari kesenian dan keindahan alam,
maka Bali menjadi obyek pariwisata.
Betapapun :
tanpa basa-basi keyakinan seperti itu,
Bali harus dibuka untuk pariwisata.
Sebab :
pesawat-pesawat terbang jet sudah dibikin,
dan maskapai penerbangan harus berjalan.
Harus ada orang-orang untuk diangkut.
Harus diciptakan tempat tujuan untuk dijual.
Dan waktu senggang manusia,
serta masa berlibur untuk keluarga,
harus bisa direbut oleh maskapai
untuk diindustrikan.
Dan Bali,
dengan segenap kesenian,
kebudayaan, dan alamnya,
harus bisa diringkaskan,
untuk dibungkus dalam kertas kado,
dan disuguhkan pada pelancong.
Pesawat terbang jet di tepi rimba Brazilia,
di muka perkemahan kaum Badui,
di sisi mana pun yang tak terduga,
lebih mendadak dari mimpi,
merupakan kejutan kebudayaan.
Inilah satu kekuasaan baru.
Begitu cepat hingga kita terkesiap.
Begitu lihai sehingga kita terkesima.
Dan sementara kita bengong,
pesawat terbang jet yang muncul dari mimipi,
membawa bentuk kekuatan modalnya :
lapangan terbang. hotel bistik dan coca cola,
jalan raya, dan para pelancong.
Oh, look, honey dear !
Lihat orang-orang pribumi itu!
Mereka memanjat pohon kelapa seperti kera.
Fantastic ! Kita harus memotretnya !
..
Awas ! Jangan dijabat tangannya !
senyum saja and say hello.
You see, tangannya kotor
Siapa tahu ada telor cacing di situ.
.
My God, alangkah murninya mereka.
Ia tidak menutupi teteknya !
Look, John, ini benar-benar tetek.
Lihat yang ini ! O, sempurna !
Mereka bebas dan spontan.
Aku ingin seperti mereka..
Eh, maksudku..
Okey ! Okey !.Ini hanya pengandaian saja.
Aku tahu kamu melarang aku tanpa beha.
Look, now, John, jangan cemberut !
Berdirilah di sampingnya,
aku potret di sini.
Ah ! Fabolous !
Dan Bank Dunia
selalu tertarik membantu negara miskin
untuk membuat proyek raksasa.
Artinya : yang 90 % dari bahannya harus diimpor.
Dan kemajuan kita
adalah kemajuan budak
atau kemajuan penyalur dan pemakai.
Maka di Bali
hotel-hotel pribumi bangkrut
digencet oleh packaged tour.
Kebudayaan rakyat ternoda
digencet standar dagang internasional.
Tari-tarian bukan lagi satu mantra,
tetapi hanya sekedar tontonan hiburan.
Pahatan dan ukiran0„2 bukan lagi ungkapan jiwa,
tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.
Hidup dikuasai kehendak manusia,
tanpa menyimak jalannya alam.
Kekuasaan kemauan manusia,
yang dilembagakan dengan kuat,
tidak mengacuhkan naluri ginjal,
hati, empedu, sungai, dan hutan.
Di Bali :
pantai, gunung, tempat tidur dan pura,
telah dicemarkan
Puisi “Sajak Pulau Bali” menawarkan perspektif yang mendalam dan kritis mengenai dampak pariwisata terhadap kebudayaan dan alam Bali. Dengan gaya bahasa yang lugas dan deskriptif, penyair berhasil menggambarkan kontras antara keindahan alam dan kesenian Bali dengan realitas industri pariwisata yang merusak. Kekuatan emosional puisi ini sangat terasa, terutama ketika menggambarkan bagaimana budaya lokal terpinggirkan oleh kepentingan komersial. Namun, meskipun bahasa yang digunakan cukup kuat, kadang-kadang terasa agak monoton dan bisa lebih bervariasi untuk menambah keindahan. Ide yang diangkat pun terasa segar dan relevan, mencerminkan konflik antara modernitas dan tradisi. Kedalaman makna yang terkandung dalam puisi ini sangat signifikan, menggugah pemikiran pembaca tentang dampak eksploitasi budaya. Di sisi lain, elemen kejutan ada, tetapi bisa lebih dioptimalkan untuk meninggalkan kesan yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang kuat dan menggugah kesadaran tentang isu-isu penting dalam konteks globalisasi dan pariwisata.