
Jalan raya dilebarkan
Kami terusir
Mendirikan kampung
Digusur
Kami pindah-pindah
Menempel di tembok-tembok
Dicabut
Terbuang
Kami rumput
Butuh tanah
Dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!
Juli 1988
Jalan raya dilebarkan
Kami terusir
Mendirikan kampung
Digusur
Kami pindah-pindah
Menempel di tembok-tembok
Dicabut
Terbuang
Kami rumput
Butuh tanah
Dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!
Juli 1988
Puisi “Nyanyian Akar Rumput” menyajikan gambaran yang kuat tentang perjuangan dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat marjinal. Dengan penggunaan bahasa yang lugas dan penuh makna, penyair berhasil menyampaikan emosi yang mendalam dan menggugah. Frasa seperti ‘Kami rumput Butuh tanah’ adalah metafora yang kuat, mencerminkan rasa kehilangan dan perjuangan untuk mendapatkan tempat di dunia. Keindahan bahasa dalam puisi ini terletak pada kesederhanaan yang efektif, yang menghindari hiasan yang berlebihan dan langsung menyentuh inti permasalahan. Namun, di sisi lain, meskipun ide yang diangkat sangat relevan, terdapat nuansa yang bisa lebih dieksplorasi untuk menambah keaslian dan kejutan dalam penyampaian. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan refleksi yang kuat tentang suara rakyat dan perjuangan mereka, dengan kedalaman yang mengajak pembaca untuk merenung tentang realitas sosial yang ada. Saya berharap penyair dapat lebih menggali elemen kejutan untuk membuat puisi ini semakin menarik dan mengesankan.