
di sini terbaring
mbok Cip
yang mati di rumah
karena ke rumah sakit
tak ada biaya
di sini terbaring
pak Pin
yang mati terkejut
karena rumahnya tergusur
di tanah ini
terkubur orang-orang yang
sepanjang hidupnya memburuh
terhisap dan menanggung hutang
di sini
gali-gali
tukang becak
orang-orang kampung
yang berjasa dalam setiap Pemilu
terbaring
dan keadilan masih saja hanya janji
di sini
kubaca kembali
: sejarah kita belum berubah!
jagalan, kalangan
solo, 25 oktober 88
Puisi ‘Kuburan Purwoloyo’ dengan cemerlang menangkap realitas sosial yang getir, menciptakan gambaran yang tajam tentang ketidakadilan dan pengorbanan masyarakat. Penulis memanfaatkan bahasa yang lugas dan langsung, memperkuat pesan emosional yang mendalam. Gaya naratifnya memberikan suara kepada mereka yang sering terabaikan, menjadikan puisi ini sangat relevan dalam konteks perjuangan kelas dan keadilan sosial. Keberanian untuk menyoroti ketidakadilan ini, serta menggambarkan pengalaman hidup dan kematian para tokoh yang terpinggirkan, membawa pembaca pada refleksi yang mendalam. Meski begitu, ada kalanya penggunaan bahasa yang sederhana mengurangi keindahan estetik puisi ini, yang seharusnya bisa lebih berwarna. Namun, kekuatan emosionalnya sangat kuat, dan ide yang disampaikan sangat orisinal, mencerminkan realitas yang sering diabaikan. Kesimpulannya, puisi ini tidak hanya menggugah, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial yang ada. Momen-momen kejutan dalam penggambaran kematian dan keadilan yang tak kunjung datang juga menambah daya tarik puisi ini.