
Untuk nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
dan duka maha tuan bertakhta.
Untuk nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
dan duka maha tuan bertakhta.
Puisi “Nisan” menciptakan suasana yang dalam dan penuh emosi, terutama melalui penggambaran kehilangan yang dialami penulis. Ungkapan ‘Bukan kematian benar menusuk kalbu’ menyiratkan konflik batin yang mendalam, di mana penulis mencoba memahami dan menerima kenyataan yang pahit. Kekuatan emosi sangat terasa, dengan kesedihan yang kontras dengan keridhaan yang dinyatakan. Di sisi lain, penggunaan bahasa yang puitis dan metaforis, seperti ‘maha tuan bertakhta’, menambah keindahan puisi ini dan menciptakan gambaran yang kuat di benak pembaca. Meskipun tema kehilangan ini bukanlah hal yang baru dalam sastra, penanganan yang intim dan khas dari penulis membuatnya terasa segar dan orisinal. Kedalaman makna dalam puisi ini juga sangat signifikan, membawa pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, kematian, dan penerimaan. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini masih dapat ditingkatkan, karena beberapa bagian terasa dapat diprediksi. Secara keseluruhan, “Nisan” adalah karya yang menyentuh dan patut diapresiasi.