
Kita muliakan Nama Tuhan
Kita muliakan dengan segenap mawar
Kita muliakan Tuhan yang manis,
indah, dan penuh kasih sayang
Tuhan adalah serdadu yang tertembak
Tuhan berjalan di sepanjang jalan becek
sebagai orang miskin yang tua dan bijaksana
dengan baju compang-camping
membelai kepala kanak-kanak yang lapar.
Tuhan adalah Bapa yang sakit batuk
Dengan pandangan arif dan bijak
membelai kepala para pelacur
Tuhan berada di gang-gang gelap
Bersama para pencuri, para perampok
dan para pembunuh
Tuhan adalah teman sekamar para penjinah
Raja dari segala raja
adalah cacing bagi bebek dan babi
Wajah Tuhan yang manis adalah meja pejudian
yang berdebu dan dibantingi kartu-kartu
Dan sekarang saya lihat
Tuhan sebagai orang tua renta
tidur melengkung di trotoar
batuk-batuk karena malam yang dingin
dan tangannya menekan perutnya yang lapar
Tuhan telah terserang lapar, batuk, dan selesma,
menangis di tepi jalan.
Wahai, ia adalah teman kita yang akrab!
Ia adalah teman kita semua: para musuh polisi,
Para perampok, pembunuh, penjudi,
pelacur, penganggur, dan peminta-minta
Marilah kita datang kepada-Nya
kita tolong teman kita yang tua dan baik hati.
Puisi “Mazmur Mawar” ini menawarkan perspektif yang sangat mendalam dan menyentuh tentang sifat Tuhan yang tidak hanya agung tetapi juga dekat dengan penderitaan manusia. Dengan menggunakan simbolisme mawar yang sering diasosiasikan dengan keindahan dan kemuliaan, penyair berhasil menciptakan kontras yang kuat dengan gambaran Tuhan yang berada di tengah-tengah kemiskinan dan kehampaan. Gaya bahasa yang lugas namun penuh emosi ini memberi kekuatan pada setiap bait, mengajak pembaca untuk merenungkan kehadiran Tuhan dalam setiap lapisan masyarakat. Keberanian penyair dalam menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang berempati terhadap yang terpinggirkan sangat mengesankan, mengingatkan kita bahwa keagungan sering kali ditemukan dalam kesederhanaan. Meski ada beberapa frasa yang terkesan kasar, hal ini justru menambah keaslian dan kekuatan pesan. Puisi ini membuka ruang bagi refleksi yang dalam tentang kemanusiaan dan kehadiran ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Secara keseluruhan, “Mazmur Mawar” adalah karya yang menyentuh dan menggugah, menciptakan resonansi emosional yang mendalam bagi pembacanya.