
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkn
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkn
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
Puisi “Dari Catatan Seorang Demonstran (Jakarta, 1993)” menyuguhkan gambaran yang kuat tentang perjuangan dan keberanian dalam menghadapi penindasan. Gaya penulisan yang lugas dan langsung menciptakan atmosfer yang intens, seolah pembaca dibawa ke dalam suasana dramatis saat demonstrasi. Penggunaan frasa seperti ‘tanpa jenderal, tanpa senapan’ memberikan kesan bahwa perjuangan ini adalah hasil dari kolektif, bukan kepemimpinan individu, yang sangat relevan dengan konteks sosial politik saat itu. Namun, meskipun puisi ini berhasil menyampaikan emosi yang mendalam, ada beberapa bagian yang terasa repetitif, yang bisa mengurangi daya tarik pembaca. Di sisi lain, kekuatan bahasa yang digunakan cukup memukau dan mampu membangkitkan rasa kepedihan yang dirasakan oleh para demonstran. Keaslian ide tentang perjuangan tanpa senjata juga patut diacungi jempol, memberikan perspektif baru tentang bagaimana keberanian dapat muncul dalam bentuk lain. Secara keseluruhan, puisi ini menyentuh dan mengajak pembaca untuk merenungkan makna perjuangan dan harapan di tengah kekacauan. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini masih dapat ditingkatkan untuk memberikan dampak yang lebih mendalam.