
Di teras rumah makan kami kini berhadapan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam
Masih saja berpandangan
Dalam lakon pertama
Orkes meningkah dengan “Carmen” pula.
Ia mengerling. Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi
Darahku terhenti berlari
Ketika orkes memulai “Ave Maria”
Kuseret ia ke sana.
Puisi “Lagu Biasa” menghadirkan nuansa yang mendalam melalui penggambaran interaksi antara dua individu di sebuah tempat yang penuh kenangan. Penyair dengan cermat menggunakan metafora ‘samudra jiwa’ yang menciptakan kesan kedalaman emosional, sekaligus menegaskan bahwa meskipun ada jarak fisik, ikatan batin tetap ada. Dalam hal keindahan bahasa, penggunaan kalimat-kalimat yang puitis dan ritmis, seperti ‘Suaranya nyaring tinggi’ dan ‘Darahku terhenti berlari’, memberikan keindahan tersendiri, di mana setiap kata seolah melukiskan perasaan yang mendalam. Sementara itu, ide yang diusung terasa orisinal, mengisahkan momen sederhana dengan kedalaman emosional yang luar biasa, meskipun tema cinta dan kerinduan merupakan hal yang umum. Namun, kedalaman makna dapat lebih diperluas untuk memberi ruang bagi interpretasi yang lebih luas. Elemen kejutan hadir dalam perubahan suasana yang tiba-tiba, seperti saat orkes memulai ‘Ave Maria’, yang menggugah emosi dan menciptakan momen yang tak terduga. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati pembaca dan memicu refleksi akan hubungan antar manusia.