
di belakang gedung-gedung tinggi
kalian boleh tinggal
kalian bebas tidur di mana-mana kapan saja
kalian bebas bangun sewaktu kalian mau
jika kedinginan karena gerimis atau hujan
kalian bisa mencari hangat
di sana ada restoran
kalian bisa tidur dekat kompor penggorengan
bakmi ayam dan babi denting garpu dan sepatu mengkilat
di samping sedan-sedan dan mobil-mobil bikinan asli jepang
kalian bisa mandi kapan saja
sungai itu milik kalian
kalian bisa cuci badan dengan limbah-limbah industri
apa belum cukup terang benderang itu lampu merkuri taman
apa belum cukup nyaman tidur di bawah langit kawan
kota ini milik kalian
kecuali gedung-gedung tembok pagar besi itu jangan!
Beberapa pilihan puisi Wiji Thukul dalam Puisi Pelo
Puisi “Kota ini Milik Kalian” mengekspresikan kegelisahan yang mendalam tentang kebebasan di tengah kemewahan yang mencolok. Dengan pilihan kata yang sederhana namun kuat, penulis berhasil menggambarkan kontras antara kehidupan masyarakat pinggiran dan kenyataan urban yang dingin. Gaya penulisan yang mengalir tanpa tanda baca menciptakan kesan seolah-olah penulis sedang berbicara langsung kepada pembaca, mengajak mereka merasakan kedekatan dengan tema yang diusung. Selain itu, penggunaan elemen-elemen sehari-hari seperti restoran dan sungai sebagai simbol kebebasan menambah kedalaman makna. Namun, ada kesan bahwa penulis terlalu cepat dalam mengekspresikan ide tanpa memberikan ruang untuk refleksi lebih lanjut. Meskipun demikian, puisi ini berhasil menyampaikan pesan kritis tentang kepemilikan dan identitas kota bagi mereka yang terpinggirkan. Sebuah karya yang perlu dibaca dan direnungkan lebih dalam.