
Gerimis jatuh kau dengar suara di pintu
Bayang-bayang angin berdiri di depanmu
Tak usah kau ucapkan apa-apa; seribu kata
Menjelma malam, tak ada yang di sana
Tak usah; kata membeku,
Detik meruncing di ujung sepi itu
Menggelincir jatuh
Waktu kaututup pintu.
Belum teduh dukamu.
Puisi “Gerimis Jatuh” berhasil menangkap nuansa kesedihan dan keheningan yang mendalam. Dengan penggunaan imaji yang kuat, pembaca diajak untuk merasakan suasana gerimis yang tidak hanya fisik, tetapi juga emosional. Frasa seperti ‘seribu kata menjelma malam’ menggambarkan betapa beratnya beban yang tak terucapkan, menciptakan resonansi yang mendalam. Keindahan bahasa yang digunakan juga patut diacungi jempol; larik-lariknya mengalir dengan ritme yang lembut dan penuh makna. Namun, meskipun ide tentang kesedihan ini tidak terbilang baru, penyampaian yang halus menambah dimensi keaslian. Kedalaman makna yang terkandung dalam puisi ini, terutama dalam konteks waktu dan kehilangan, memberikan bobot yang signifikan, meskipun unsur kejutan kurang terasa. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang menawan mengenai kesepian dan penutupan emosi.