
Apa guna punya ilmu
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
Berdiri gagah
Kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa
Rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa guna banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” menyajikan sebuah gambaran tajam tentang frustrasi dan kesenjangan yang terjadi dalam masyarakat. Melalui pengulangan frasa ‘Apa guna banyak baca buku Kalau mulut kau bungkam melulu’, penyair berhasil menegaskan ironi pengetahuan yang terabaikan dalam konteks ketidakadilan. Emosi yang disampaikan sangat kuat, memberikan resonansi bagi pembaca yang merasakan ketidakpuasan terhadap keadaan sosial. Di sisi lain, keindahan bahasa terasa dalam pilihan kata yang lugas dan langsung, meskipun tidak mengandalkan gaya puitis yang rumit. Ide yang diangkat sangat orisinal, mencerminkan kritik sosial yang relevan dan terus menerus. Kedalaman makna puisi ini juga patut diacungi jempol, mengajak pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam perubahan sosial. Namun, elemen kejutan bisa lebih ditingkatkan, karena meskipun kuat, pesan yang disampaikan terkesan sudah akrab. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menggugah dan mencerminkan realitas yang sering kali terabaikan dalam diskursus publik.