
Siang tadi aku beli baju
harganya murah
harganya murah bojoku
di pedagang loak
di pedagang loak bojoku
pundaknya sedikit sobek
sedikit sobek bojoku
bisa dijahit tapi
nanti akan kubeli benang
akan kubeli jarum
untuk menjahit bajumu bojoku
untukmu bojoku
baju itu untukmu
tadi siang kucuci baju itu
kucuci bojoku
tapi aku bimbang
aku bimbang bojoku
kutitip ke kawan
atau kubawa sendiri
nanti kalau aku pulang
kalau aku pulang bojoku
karena sekarang aku buron
diburu penguasa
karena aku berorganisasi
karena aku berorganisasi bojoku
baju itu kulipat bojoku
di bawah bantal
tak ada setrika bojoku
tak ada setrika
agar tak lusuh
agar tak lusuh
karena baju ini untukmu bojoku
22 Januari 96
Puisi “Baju Loak Sobek Pundaknya” menyajikan sebuah gambaran sederhana namun sarat dengan emosi yang mendalam. Penulis berhasil menciptakan nuansa keintiman melalui pengulangan frasa yang mencerminkan ketulusan dan cinta yang tulus, meski dalam situasi yang sulit. Penggunaan bahasa sehari-hari membuat pembaca dapat merasakan kedekatan dengan tokoh yang menceritakan kisahnya. Namun, meskipun puisi ini memiliki daya tarik, ada kesan monoton dalam struktur yang mungkin mengurangi kekuatan narasi. Ide tentang baju loak yang sobek menggambarkan perjuangan dan harapan, tetapi bisa lebih dieksplorasi untuk memberikan kedalaman yang lebih kuat. Secara keseluruhan, ini adalah karya yang menyentuh hati dengan potensi untuk lebih berkembang di aspek keindahan bahasa dan kedalaman makna.