
Kita musti bercerai
Sebelum kicau murai berderai.
Terlalu kita minta pada malam ini
Benar belum puas serah-menyerah
Darah masih berbusah-busah.
Terlalu kita minta pada malam ini.
Kita musti bercerai
Biar surya ‘kan menembus oleh malam di perisai
Dua benua bakal bentur-membentur.
Merah kesumba jadi putih kapur.
Bagaimana?
Kalau IDA, mau turut mengabur
Tidak samudra caya tempatmu menghambur.
Puisi “Bercerai” menyajikan tema perpisahan yang sarat emosi, di mana penulis berhasil menangkap ketegangan yang muncul dalam hubungan yang sudah tidak harmonis. Penggunaan metafora yang kuat seperti ‘kicau murai berderai’ dan ‘merah kesumba jadi putih kapur’ memberikan nuansa visual yang mendalam dan membangkitkan rasa. Namun, meskipun memiliki keindahan bahasa yang memikat, beberapa bagian terasa agak abstrak sehingga mengurangi kejelasan makna. Ide tentang perpisahan ini memang cukup umum, namun penyampaian yang khas memberikan nuansa keaslian yang layak diapresiasi. Kedalaman makna dalam puisi ini terasa, tetapi bisa lebih dieksplorasi untuk memberikan dampak yang lebih besar. Dalam hal elemen kejutan, puisi ini menyajikan beberapa pergeseran yang menarik, tetapi tidak sepenuhnya mengejutkan. Secara keseluruhan, ini adalah karya yang menggugah, meskipun ada beberapa ruang untuk perbaikan.