
Kali pertama, di halaman kampus, pagi itu
Telah berkibar bendera laskar
Berkibar putih bagai mega
Dengan garis-garis yang merah
Karena telah dibayar dengan darah
Dia telah mendengar teriakan kita
Sepanjang jalan-jalan raya
Di atas truk tanpa tenda
Di atas jip, di depan pawai-pawai semua
Dia selalu mendahului kita
Dalam setiap gerakan
Kepadanya berbagi nestapa kita
Duka setengah tiang
Duka sejarah rnanusia
Yang telah lama dihinakan
Dan dimelaratkan
Di depan markas, berkibar bendera laskar
Kami semua melambaimu
Hai kawan dan lambang kami yang setia
Lambailah sejarah dari atas sana
Buat kami satu laskar
Buat generasi yang kukuh dan kekar.
Puisi “Bendera Laskar (1966)” mengungkapkan semangat perjuangan dengan sangat kuat dan emosional. Penggambaran bendera yang berkibar sebagai simbol harapan dan perjuangan rakyat memberikan nuansa patriotik yang mendalam. Selain itu, penggunaan imaji yang sederhana namun kuat, seperti ‘berkibar putih bagai mega’, menciptakan keindahan visual yang menyentuh. Keaslian ide tentang pergerakan dan solidaritas masyarakat juga sangat terasa, mencerminkan konteks sejarah yang relevan. Makna di balik puisi ini tidak hanya berkisar pada perjuangan fisik, tetapi juga menggambarkan duka dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Namun, meskipun puisi ini kuat secara emosional, beberapa bagian terasa agak klise dan mungkin tidak menghadirkan elemen kejutan yang signifikan. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang persatuan dan identitas, meskipun ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam hal inovasi bahasa dan struktur. Ini adalah karya yang layak diapresiasi, terutama bagi mereka yang mencintai sejarah dan semangat perjuangan bangsa.