Apa yang Berharga dari Puisiku

Widji Thukul

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau adikku tak berangkat sekolah

karena belum membayar SPP

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau becak bapakku tiba-tiba rusak

Jika nasi harus dibeli dengan uang

Jika kami harus makan

Dan jika yang dimakan tidak ada?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau bapak bertengkar dengan ibu

Ibu menyalahkan bapak

Padahal becak-becak terdesak oleh bis kota

Kalau bis kota lebih murah siapa yang salah?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau ibu dijiret utang?

Kalau tetangga dijiret utang?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau kami terdesak mendirikan rumah

Di tanah-tanah pinggir selokan

Sementara harga tanah semakin mahal

Kami tak mampu membeli

Salah siapa kalau kami tak mampu beli tanah?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau orang sakit mati di rumah

Karena rumah sakit yang mahal?

Apa yang berharga dari puisiku

Yang kutulis makan waktu berbulan-bulan

Apa yang bisa kuberikan dalam kemiskinan

Yang menjiret kami?

Apa yang telah kuberikan

Kalau penonton baca puisi memberi keplokan

Apa yang telah kuberikan

Apa yang telah kuberikan?

Semarang, 6 maret 86

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    5
    Kedalaman Makna
    5
    Keindahan Bahasa
    3
    4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi ini berhasil menyampaikan rasa kesedihan dan kepedihan yang mendalam, mencerminkan realitas kehidupan yang keras dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kelas bawah. Pengulangan frasa “Apa yang berharga dari puisiku” menciptakan rasa frustrasi yang kuat, seolah penulis mempertanyakan nilai seni dalam konteks kemiskinan dan kesulitan hidup. Bahasa yang digunakan sederhana namun sangat efektif, memberikan dampak emosional yang mendalam. Meski demikian, keindahan bahasa dalam puisi ini tidak terlalu menonjol, karena lebih fokus pada penyampaian pesan ketimbang permainan kata yang artistik. Ide yang diangkat, yaitu konflik antara seni dan realita kehidupan, sangat relevan dan orisinal, menjadikannya refleksi sosial yang kuat. Kedalaman makna dalam puisi ini sangat kuat, meliputi tema kemiskinan, utang, dan ketidakadilan, yang membuat pembaca merenung tentang kondisi sosial. Elemen kejutan mungkin kurang terlihat, karena puisi ini lebih bersifat naratif dan langsung. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menggugah, meskipun tidak mengedepankan keindahan bahasa secara eksplisit.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *