
Ia tak pernah berjanji kepada pohon
untuk menerjemahkan burung
menjadi api
ia tak pernah berjanji kepada burung
untuk menyihir api
menjadi pohon
ia tak pernah berjanji kepada api
untuk mengembalikan pohon
kepada burung
Ia tak pernah berjanji kepada pohon
untuk menerjemahkan burung
menjadi api
ia tak pernah berjanji kepada burung
untuk menyihir api
menjadi pohon
ia tak pernah berjanji kepada api
untuk mengembalikan pohon
kepada burung
Puisi “Ia Tak Pernah” menghadirkan kekuatan emosi yang subtel, menciptakan suasana melankolis yang mendayu-dayu. Penggunaan repetisi dalam frasa “ia tak pernah berjanji” memberikan ritme yang menekankan ketidakpastian dan kerapuhan dalam hubungan antara alam dan makhluk hidup. Keindahan bahasa yang sederhana namun mendalam mampu menyingkapkan kompleksitas perasaan tanpa mengorbankan kejelasan. Ide yang diusung pun sangat orisinal, menggambarkan hubungan simbiosis yang tidak terucapkan antara pohon, burung, dan api, menciptakan gambaran yang kaya akan makna. Namun, meski makna di dalamnya berlapis, kedalaman makna masih dapat dikembangkan lebih lanjut agar pembaca bisa lebih terhubung secara emosional. Elemen kejutan muncul di akhir, namun tergolong lembut dan tidak terlalu mencolok, meninggalkan kesan yang mengundang refleksi. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati dan mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan yang rumit antara unsur-unsur alam.