
akulah si telaga:
berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil
yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
perahumu biar aku yang menjaganya.
akulah si telaga:
berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil
yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
perahumu biar aku yang menjaganya.
Puisi “Akulah Si Telaga” menawarkan gambaran yang indah dan menenangkan tentang sebuah telaga yang menjadi simbol perjalanan dan pengalaman. Penyair dengan cermat menggunakan bahasa yang puitis untuk menciptakan suasana yang harmonis, di mana elemen alam berinteraksi dengan emosi yang dalam. Penggunaan frasa seperti “berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil” memberikan nuansa gerakan dan keindahan, sementara gambaran bunga padma dan cahaya menambah lapisan visual yang kuat. Meskipun tema perjalanan ini bukanlah hal yang baru dalam sastra, penyajian yang segar dan intim membuatnya terasa orisinal. Namun, kedalaman makna masih dapat dieksplorasi lebih jauh, terutama dalam konteks hubungan antara telaga dan pelayar. Elemen kejutan dalam puisi ini tidak terlalu mencolok, meski tidak mengurangi nilai keseluruhannya. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh perasaan dan merangsang imajinasi pembaca, meskipun masih memiliki ruang untuk meningkatkan kompleksitas makna yang terkandung di dalamnya.