
sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan
Puisi “Sajak Suara” menyajikan sebuah eksplorasi yang mendalam tentang perlawanan dan kebebasan suara. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun sarat makna, penyair berhasil menghadirkan nuansa emosional yang sangat kuat. Setiap barisnya seolah menggugah kesadaran kita akan pentingnya suara sebagai alat perjuangan. Gaya bahasanya yang lugas tetapi penuh kekuatan menciptakan keindahan tersendiri, memberikan kedalaman pada pesan yang ingin disampaikan. Konsep suara yang tak terbendung dan keadilan yang harus diperjuangkan terasa segar dan relevan dengan konteks sosial saat ini. Dalam hal kejutan, puisi ini berhasil memunculkan pergeseran perspektif yang menarik, membuat pembaca merenung lebih dalam tentang makna di balik setiap ungkapan. Secara keseluruhan, “Sajak Suara” adalah karya yang menginspirasi dan menggugah, meninggalkan kesan mendalam pada pembacanya.