
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.
Puisi ‘Sajak Seorang Tua Untuk Isterinya’ menyentuh hati dengan ungkapan cinta dan penghargaan terhadap perjalanan hidup pasangan yang telah dilalui bersama. Penyair berhasil menciptakan nuansa nostalgia yang mendalam, di mana kenangan masa lalu dan harapan masa depan berpadu indah. Kekuatan emosionalnya sangat terasa, terutama saat menggambarkan suka duka yang universal dalam kehidupan. Keindahan bahasa yang digunakan, meskipun sederhana, namun mampu mengekspresikan perasaan dengan jelas dan lugas. Namun, ada beberapa frasa yang terasa repetitif dan dapat disempurnakan untuk menambah keindahan puisi ini. Dari segi keaslian ide, puisi ini menawarkan perspektif yang menarik tentang usia dan kehormatan, meskipun tema serupa seringkali diangkat dalam karya lain. Kedalaman makna cukup kuat, namun bisa lebih dieksplorasi untuk menghadirkan nuansa yang lebih kaya. Elemen kejutan dalam puisi ini sedikit kurang, sehingga pembaca mungkin sudah dapat menebak arah dari narasi yang dibangun. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menyentuh dengan potensi yang lebih besar jika beberapa aspek diperhalus.