
matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan
lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan
kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : kami ada maksud baik
dan kita bertanya : maksud baik untuk siapa ?
ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?
kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah tanah di gunung telah dimiliki orang orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :
lantas maksud baik saudara untuk siapa ?
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?
sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang
dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
Puisi “Sajak Pertemuan Mahasiswa” berhasil menjangkau kekuatan emosi yang mendalam dengan menyoroti ketidakadilan sosial dan kompleksitas niat baik dalam konteks masyarakat. Gaya bahasa yang digunakan memiliki kesan lugas namun puitis, menciptakan kontras yang menarik antara realitas pahit dan harapan. Penggunaan gambaran visual, seperti “matahari terbit” dan “kali coklat menjalar ke lautan”, memberikan nuansa yang kuat dan mendalam. Ide yang diusung, yaitu pertanyaan tentang siapa yang diuntungkan dari niat baik, sangat relevan dan menyentuh isu yang sering kali terabaikan. Kedalaman makna puisi ini sangat mengesankan, mengajak pembaca untuk merenungkan posisi mereka dalam konteks sosial. Namun, meskipun ada elemen kejutan dalam pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, beberapa bagian terasa repetitif dan bisa lebih ditajamkan untuk meningkatkan daya pikat. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan karya yang berbobot, menggugah kesadaran, dan layak diapresiasi.