Sajak Peperangan Abimanyu

W.S. Rendra

Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.

Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.

Hatinya damai,

di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,

karena ia telah lunas

menjalani kewjiban dan kewajarannya.

Setelah ia wafat

apakah petani-petani akan tetap menderita,

dan para wanita kampung

tetap membanjiri rumah pelacuran di kota ?

Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.

Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya

ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.

Saat itu ia mendengar

nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.

Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa.

Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.

Di saat badan berlumur darah,

jiwa duduk di atas teratai.

Ketika ibu-ibu meratap

dan mengurap rambut mereka dengan debu,

roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala

untuk menanam benih

agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas

 dari zaman ke zaman

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    5
    Keindahan Bahasa
    4
    4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Sajak Peperangan Abimanyu” dengan jelas menggambarkan konflik antara keberanian dan penderitaan, sehingga menciptakan nuansa emosional yang kuat. Gambarannya tentang ksatria yang tegak meski terluka adalah simbol ketahanan yang menyentuh. Penggunaan bahasa yang puitis, seperti ‘nyanyian angin dan air yang turun dari gunung’, memberikan keindahan yang mendalam, meski terkadang terkesan padat. Ide yang diusung, yaitu perjuangan sebagai pelunasan cita dan rasa, sangat relevan dan orisinal, meski tidak sepenuhnya baru. Makna yang terkandung dalam puisi ini sangat mendalam, menyoroti hubungan antara pengorbanan individu dan dampaknya terhadap masyarakat, serta harapan untuk masa depan yang lebih baik. Namun, elemen kejutan dalam penyampaian bisa lebih ditingkatkan agar pembaca tidak hanya terperangah oleh keindahan kata-kata, tetapi juga oleh twist yang mengejutkan dalam narasi. Secara keseluruhan, puisi ini menggugah dan memberikan banyak ruang untuk refleksi.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *