
Janganlah tuan seenaknya memelukku.
Ke mana arahnya, sudah cukup aku tahu.
Aku0„2 bukan ahli ilmu menduga,
tetapi jelas sudah kutahu
pelukan ini apa artinya..
Siallah pendidikan yang aku terima.
Diajar aku berhitung, mengetik, bahasa asing,
kerapian, dan tatacara,
Tetapi lupa diajarkan :
bila dipeluk majikan dari belakang,
lalu sikapku bagaimana !
Janganlah tuan seenaknya memelukku.
Sedangkan pacarku tak berani selangsung itu.
Apakah tujuan tuan, sudah cukup aku tahu,
Ketika tuan siku teteku,
sudah kutahu apa artinya
Mereka ajarkan aku membenci dosa
tetapi lupa mereka ajarkan
bagaimana mencari kerja.
Mereka ajarkan aku gaya hidup
yang peralatannya tidak berasal dari lingkungan.
Diajarkan aku membutuhkan
peralatan yang dihasilkan majikan,
dan dikuasai para majikan.
Alat-alat rias, mesin pendingin,
vitamin sintetis, tonikum,
segala macam soda, dan ijazah sekolah.
Pendidikan membuatku terikat
pada pasar mereka, pada modal mereka.
Dan kini, setelah aku dewasa.
Kemana lagi aku ®kan lari,
bila tidak ke dunia majikan ?
Jangnlah tuan seenaknya memelukku.
Aku bukan cendekiawan
tetapi aku cukup tahu
semua kerja di mejaku
akan ke sana arahnya.
Jangan tuan, jangan !
Jangan seenaknya memelukku.
Ah, Wah .
Uang yang tuan selipkan ke behaku
adalah ijazah pendidikanku
Ah, Ya.
Begitulah.
Dengan yakin tuan memelukku.
Perut tuan yang buncit
menekan perutku.
Mulut tuan yang buruk
mencium mulutku.
Sebagai suatu kewajaran
semuanya tuan lakukan.
Seluruh anggota masyarakat membantu tuan.
Mereka pegang kedua kakiku.
Mereka tarik pahaku mengangkang.
Sementara tuan naik ke atas tubuhku.
Puisi ‘Sajak Gadis dan Majikan’ menyampaikan pesan yang kuat tentang ketidakberdayaan dan eksploitasi dalam hubungan kekuasaan. Melalui lirik yang tajam dan langsung, penulis berhasil menggambarkan dilema moral yang dialami oleh sang gadis, yang terjebak antara tuntutan masyarakat dan ambisi pribadi. Kekuatan emosi terasa mendalam, menggugah perasaan pembaca untuk merasakan ketidakadilan yang dialami. Bahasa yang digunakan juga mencolok; meski tidak bertele-tele, setiap kata memiliki bobot yang berarti. Keaslian ide, yang mengangkat tema pendidikan dan eksploitasi dalam konteks sosial, sangat relevan dan berpikir kritis. Kedalaman makna puisi ini menggugah pemikiran tentang sistem sosial dan pendidikan yang sering kali gagal mempersiapkan individu untuk menghadapi kenyataan hidup. Namun, unsur kejutan dalam puisi ini terasa agak kurang, meski ada beberapa elemen yang bisa mengejutkan, seperti peralihan dari pendidikan ke eksploitasi. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan karya yang menggugah dan memberikan kritik tajam terhadap struktur sosial yang ada.