Sajak Burung-burung Kondor

W.S. Rendra

Angin gunung turun merembes ke hutan,

lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,

dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau.

Kemudian hatinya pilu

melihat jejak-jejak sedih para petani  buruh

yang terpacak di atas tanah gembur

namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya.

Para tani  buruh bekerja,

berumah di gubug-gubug tanpa jendela,

menanam bibit di tanah yang subur,

memanen hasil yang berlimpah dan makmur

namun hidup mereka sendiri sengsara.

Mereka memanen untuk tuan tanah

yang mempunyai istana indah.

Keringat mereka menjadi emas

yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.

Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan,

para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,

dan menjawab dengan mengirim kondom.

Penderitaan mengalir

dari parit-parit wajah rakyatku.

Dari pagi sampai sore,

rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,

menggapai-gapai,

menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,

di dalam usaha tak menentu.

Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah,

dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,

dan sukmanya berubah menjadi burung kondor.

Beribu-ribu burung kondor,

berjuta-juta burung kondor,

bergerak menuju ke gunung tinggi,

dan disana mendapat hiburan dari sepi.

Karena hanya sepi

mampu menghisap dendam dan sakit hati.

Burung-burung kondor menjerit.

Di dalam marah menjerit,

bergema di tempat-tempat yang sepi.

Burung-burung kondor menjerit

di batu-batu gunung menjerit

bergema di tempat-tempat yang sepi

Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu,

mematuki batu-batu, mematuki udara,

dan di kota orang-orang„ bersiap menembaknya.

 

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    5
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    5
    Kedalaman Makna
    5
    Keindahan Bahasa
    4
    4.4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Sajak Burung-burung Kondor” menyajikan sebuah gambaran yang mendalam tentang penderitaan rakyat yang terpinggirkan. Dengan penggunaan imaji yang kuat, penulis berhasil menyampaikan rasa pilu dan ketidakadilan yang dialami oleh para petani buruh. Kekuatan emosi dalam puisi ini sangat terasa, terutama saat menggambarkan keringat yang diubah menjadi emas oleh cukong-cukong yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, pengulangan frasa ‘burung kondor’ memberikan efek dramatis yang menyentuh, menciptakan rasa harapan dan sekaligus kesedihan. Bahasa yang digunakan terkesan puitis meskipun ada elemen ketegangan sosial yang diangkat, menjadikannya indah dan menyentuh. Keaslian ide tentang buruh tani dan simbolisme burung kondor yang melambangkan harapan di tengah penderitaan adalah inovatif dan relevan dengan konteks sosial saat ini. Kedalaman makna yang terkandung dalam puisi ini memberikan ruang bagi pembaca untuk merenungkan kondisi masyarakat yang terpinggirkan. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini sedikit kurang, karena alurnya mengikuti tema yang sudah umum dalam sastra perjuangan. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang kuat dan penuh makna, patut diapresiasi untuk kedalaman emosinya dan keindahan bahasanya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *