
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
Puisi “Penyair” menyampaikan semangat yang membara dan tekad yang tak tergoyahkan dalam menghadapi keterbatasan. Penulis dengan cerdas menggambarkan berbagai alternatif alat tulis yang dapat digunakan, menandakan bahwa kreativitas tidak mengenal batas. Penggunaan frasa ‘tetes darah’ di akhir menambah intensitas emosional, memberikan gambaran akan pengorbanan yang siap dilakukan demi menyampaikan kata-kata. Meskipun gaya bahasa yang digunakan terkesan sederhana, namun kekuatannya terletak pada kejujuran dan keikhlasan pengungkapan perasaan. Di sisi lain, meski ide tentang perjuangan penyair tidaklah baru, penyampaian yang lugas dan penuh semangat ini berhasil memberikan nuansa baru. Dalam hal kedalaman makna, puisi ini menggugah refleksi tentang komitmen terhadap seni dan kebebasan berekspresi, meskipun ada risiko yang harus dihadapi. Namun, saya merasa ada sedikit kurangnya elemen kejutan yang dapat membuat puisi ini lebih menarik. Secara keseluruhan, “Penyair” adalah sebuah karya yang kuat dan menginspirasi, meskipun ada ruang untuk pengembangan lebih jauh dalam hal elemen kejutan.