
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api..
Kenangan dan Kesepian
Rumah tua
dan pagar batu.
Langit di desa
sawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepi
pada kejemuan disandarkan dirinya.
Jalanan berdebu tak berhati
lewat nasib menatapnya.
Cinta yang datang
burung tak tergenggam.
Batang baja waktu lengang
dari belakang menikam.
Rumah tua
dan pagar batu.
Kenangan lama
dan sepi yang syahdu
Puisi “Kangen” mengajak pembaca untuk merasakan kedalaman perasaan rindu yang teramat dalam, menciptakan suasana sepi yang melankolis. Penggunaan frasa seperti ‘racun bagi darahku’ dan ‘tungku tanpa api’ menunjukkan betapa beratnya beban emosional yang dirasakan. Selain itu, gambaran tentang ‘rumah tua dan pagar batu’ berhasil menambah nuansa nostalgia, membuat kita terhubung dengan kenangan yang mungkin pernah kita alami. Meskipun puisi ini kuat dalam emosi dan keindahan bahasa, terdapat beberapa bagian yang terasa repetitif, yang sedikit mengurangi kesegaran ide. Namun, keaslian ide tentang kangen yang mengaitkan kenangan dengan tempat dan keadaan membawa nuansa yang khas. Kelemahan lain terletak pada elemen kejutan, di mana pembaca mungkin mengharapkan twist yang lebih mendalam di akhir. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyampaikan rasa rindu dengan indah, meski ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam penyampaian ide dan elemen kejutan.