
Aspal leleh tengah hari
Silau aku oleh sinar matahari
Gedung-gedung baru berdiri
Arsitektur lama satu-satu hilang
Dimakan pembangunan
Jalan kiri kanan dilebarkan
Becak-becak melompong di pinggiran
Yang jalan kaki
Yang digenjot
Yang jalan bensin
Semua ingin jalan
Solo, 22 November 90
Puisi “Jalan” dengan cermat mencerminkan dinamika kehidupan urban yang semakin berkembang, menghadirkan gambaran yang kuat tentang pergeseran antara yang lama dan yang baru. Penggambaran aspal yang meleleh di bawah sinar matahari menciptakan suasana panas dan ketidaknyamanan, sementara hilangnya arsitektur lama menggambarkan kehilangan identitas di tengah modernitas. Kekuatan emosi yang terkandung dalam bait ini terasa nyata, seolah-olah penulis mengajak pembaca merasakan kepedihan dan keindahan yang bersamaan. Keindahan bahasa yang digunakan, meski sederhana, memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan pesan. Terdapat nuansa keaslian ide yang menarik, terutama dalam penekanan pada berbagai cara orang bergerak di jalan, mencerminkan keragaman pengalaman manusia. Namun, kedalaman makna puisi ini dapat lebih ditingkatkan dengan eksplorasi lebih jauh tentang dampak perubahan tersebut. Elemen kejutan tampak kurang, karena puisi ini lebih menekankan pada deskripsi daripada twist yang tak terduga. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang kuat tentang perubahan, meskipun ada beberapa aspek yang bisa lebih dieksplorasi untuk menambah kedalaman dan kejutan.