Diponegoro

Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti

Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditinda

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai.

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang. 

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    2
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    3
    3.4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Diponegoro” menangkap semangat perjuangan dengan sangat memukau, menghadirkan kembali sosok pahlawan yang berani melawan ketidakadilan. Kekuatan emosinya terasa menggebu, seolah mengajak pembaca untuk merasakan semangat juang yang tak padam. Penggunaan kata-kata seperti ‘api’, ‘serbu’, dan ‘terjang’ memberikan nuansa dinamika yang menggetarkan. Namun, meskipun keindahan bahasanya cukup mengesankan, ada kalanya repetisi terasa agak berlebihan, sehingga mengurangi keberagaman ekspresi di dalamnya. Keaslian ide tentang semangat patriotisme sangat relevan, meskipun tema perjuangan ini telah banyak diangkat dalam sastra. Kedalaman makna puisi ini, yang mencerminkan pengorbanan untuk negeri, sangat terasa, terutama di bagian akhir yang menekankan pentingnya ‘merasai’ dalam setiap pengorbanan. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini cukup minim, karena sebagian besar isi telah dapat diprediksi dari tema yang diangkat. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil membangkitkan semangat nasionalisme, meski ada ruang untuk eksplorasi lebih dalam dalam penggunaan bahasa dan ide.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *