
1.
di puisi ini aku masih
memikirkan dan
ada, kata ibuku, yang selalu ingin mencuri dan
dari setiap kata
dari setiap waktu
dari setiap benda
dari setiap aku
pertahankan dan
dan itu. ada ratusan kota dihuni ratusan ribu dan
di mata ibuku. ibuku menjaga kampung-kampung
yang damai penuh dan
di kepalanya
di pikirannya
di nyanyiannya
di rahasianya
ada negeri berisi ratusan juta dan
tumbuh di tubuh ibuku. ada kehidupan yang rindang
(dan tak henti-hentinya berbunga;
dan selalu berbuah) di dalam
ibuku.
dari sana ibuku melahirkan ribuan aku.
dalam masing-masing aku ada ribuan dan.
2.
istriku: orang lain / orang lain favoritku / pacar lama
yang baru setiap kali kusebut namanya / rumah kami
yang tidak mampu aku beli / selimut lusuh selalu butuh
mesin cuci / matahari pagi / matahari malam hari / mata
waktu yang menolak berhenti berjaga
pekarangan ditumbuhi bunga-bunga
liar dari hutan hujan api / dirinya sendiri yang tidak
kenal namaku / perasaan berpendar-pendar / lampu
disko di dadaku / kemauannya / ketidakmampuanku
mengendalikan diri / kata yang tidak bisa kulepaskan
dari sunyi / lidah yang merindukan setetes lautan /
kebebasan bumi / hidup yang kupertaruhkan
demi senyum di wajah anak-anak kami—
anak-anak kami: apotek 24 jam / jam rehat panjang /
telaga di ruang tengah / kehidupan yang datang
ke depan kami memohon maaf / petuah-petuah
pendiam / pertikaian yang selalu mampu tidak
terjadi
pikiran-pikiran di luar waktu / perpustakaan
tua yang ramai / jalan raya yang ramah / kota yang tidak
mengenal kata mereka / mimpi indah tentang negara
yang sungguh baik hati / ketelanjangan yang menutupi
tubuhku / agama yang selalu baru / pasar yang berlomba
memasuki kami / kesedihan yang lain / kesedihan
yang selalu lain / hidup yang kami pertaruhkan
demi senyum di wajah bumi
3.
atau, seperti tapi,
adalah dan yang telah tercuri
4.
di belakang setiap kata yang bising
di puisi ini ada ribuan ibuku bekerja
membuka kekosongan baru
yang lapang bagi ribuan dan
yang akan datang
berbahagialah, kata ibuku. di dalam setiap tetes
kesedihan senantiasa tersedia milyaran matahari
berwarna-warni
yang bisa membasuh
menghangatkan basahnya
sendiri.
kepada dirimu ucapkan selamat tahun baru
setiap hari. bangkitlah
berjalan menuju keberanian
hidup.
kita butuh mengalami ketakutan lain, selain ketakutan
kepada orang lain kepada diri sendiri.
kita butuh ketakutan: kehilangan dan
di antara keduanya
di dalam keduanya
di antara perkara-perkara
di dalam keduanya
yang banyak
yang selalu tidak
tampak itu.
Puisi “Dan” menyuguhkan sebuah perjalanan emosional yang dalam, menggambarkan hubungan yang kuat antara penulis, ibunya, dan lingkungannya. Dengan penggunaan repetisi yang cerdas, penulis berhasil menekankan pentingnya “dan” sebagai penghubung antara berbagai elemen kehidupan, menciptakan jalinan yang harmonis. Bahasa yang digunakan terasa segar dan puitis, meskipun ada beberapa bagian yang tampak agak padat dan bisa disederhanakan untuk meningkatkan kejelasan. Ide-ide yang dihadirkan, seperti penggambaran kehidupan yang berkelanjutan dan saling terhubung, sangat orisinal dan memberikan perspektif baru tentang peran ibu dan keluarga dalam membentuk identitas. Namun, kedalaman makna puisi ini bisa dibilang cukup kompleks dan mungkin membutuhkan beberapa pembacaan untuk sepenuhnya dipahami, yang menunjukkan bahwa puisi ini tidak hanya sekadar indah, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung. Elemen kejutan hadir pada akhir puisi dengan harapan dan dorongan untuk bangkit, meskipun bisa lebih ditonjolkan. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menyentuh hati dan mengundang refleksi mendalam.