Matahari Pergi

Goenawan Mohamad

Matahari pergi dan kota jadi trapesium hitam

Aku akan meninggalkannya, dari sudut yang tak lurus
dengan kaki sakit.

Di tepi plasa ini yang tampak hanya bar dan meja logam,
sisa kios koran, lorong
yang diserahkan melankoli,
seakan-akan sejarah – atau mungkin omong kosong
di perjamuan masa lalu.

Ya, aku kenal nostalgia di selatan itu –
kangen yang selalu
berwarna sepia,
karat dan rumah kayu,
potret Marilyn Monroe di atas dermaga,
tempat burung
menitipkan letihnya.

Aku tak yakin di tepi kapal itu
kau akan menungguku

Tapi apa arti menunggu –

2018

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    3
    Keindahan Bahasa
    4
    3.6/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Matahari Pergi” menyuguhkan gambaran yang kuat dan emotif tentang kerinduan dan kehilangan. Melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat, penulis berhasil menggugah perasaan nostalgia yang mendalam, seolah-olah pembaca dibawa menyelami lapisan-lapisan kenangan yang penuh warna namun juga menyakitkan. Penggunaan citra visual yang tajam, seperti ‘trapesium hitam’ dan ‘bar dan meja logam’, memberikan kekuatan pada nuansa melankolis yang ingin disampaikan. Meskipun ada banyak puisi yang membahas tema serupa, sentuhan personal yang ada dalam karya ini menjadikannya unik dan berkesan. Kekuatan emosi yang terpancar dari pengalaman pribadi penulis terasa sangat menyentuh, meskipun terkadang ada nuansa yang bisa lebih dieksplorasi untuk memberikan kedalaman lebih. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati dan memprovokasi pemikiran tentang arti menunggu dan kehilangan dalam hidup. Namun, ada ruang untuk elemen kejutan yang lebih mengejutkan untuk membuat pembaca terkesan lebih mendalam.

    Dengan demikian, puisi ini merupakan karya yang sangat layak untuk diapresiasi.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *