
jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat tidak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!
Solo, 1986


Puisi “Peringatan” ini menggugah kesadaran akan dinamika antara rakyat dan penguasa dengan cara yang sangat provokatif. Melalui pilihan kata yang lugas, penyair berhasil menyampaikan perasaan putus asa dan ketidakberdayaan rakyat ketika suara mereka diabaikan. Gaya penulisan yang langsung dan tanpa tedeng aling-aling menciptakan rasa urgensi yang kuat, seolah-olah menyerukan pembaca untuk merenungkan realitas sosial yang sering kali terabaikan. Keberanian untuk mengangkat tema kritis ini menunjukkan keaslian ide yang sangat menarik dan relevan, terutama dalam konteks sejarah yang ditampilkan. Namun, meskipun kekuatan emosinya cukup tinggi, ada kalanya bahasa yang digunakan terasa kurang puitis, yang dapat mengurangi keindahan keseluruhan puisi. Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan pesan yang mendalam dan mampu menggugah perasaan, meskipun ada beberapa aspek yang bisa ditingkatkan dalam hal keindahan bahasa. Ini adalah karya yang perlu dibaca dan direnungkan, terutama oleh mereka yang peduli dengan keadaan sosial dan politik di masyarakat kita.