Peringatan

Widji Thukul

jika rakyat pergi

ketika penguasa pidato

kita harus hati-hati

barangkali mereka putus asa

kalau rakyat sembunyi

dan berbisik-bisik

ketika membicarakan masalahnya sendiri

penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat tidak berani mengeluh

itu artinya sudah gawat

dan bila omongan penguasa

tidak boleh dibantah

kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang

suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

dituduh subversif dan mengganggu keamanan

maka hanya ada satu kata: lawan!

Solo, 1986

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    5
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    3
    3.8/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Peringatan” ini menggugah kesadaran akan dinamika antara rakyat dan penguasa dengan cara yang sangat provokatif. Melalui pilihan kata yang lugas, penyair berhasil menyampaikan perasaan putus asa dan ketidakberdayaan rakyat ketika suara mereka diabaikan. Gaya penulisan yang langsung dan tanpa tedeng aling-aling menciptakan rasa urgensi yang kuat, seolah-olah menyerukan pembaca untuk merenungkan realitas sosial yang sering kali terabaikan. Keberanian untuk mengangkat tema kritis ini menunjukkan keaslian ide yang sangat menarik dan relevan, terutama dalam konteks sejarah yang ditampilkan. Namun, meskipun kekuatan emosinya cukup tinggi, ada kalanya bahasa yang digunakan terasa kurang puitis, yang dapat mengurangi keindahan keseluruhan puisi. Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan pesan yang mendalam dan mampu menggugah perasaan, meskipun ada beberapa aspek yang bisa ditingkatkan dalam hal keindahan bahasa. Ini adalah karya yang perlu dibaca dan direnungkan, terutama oleh mereka yang peduli dengan keadaan sosial dan politik di masyarakat kita.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *