
Untuk Karinah Moordjono
Kadang
Di antara jeriji itu itu saja
Mereksmi memberi warna
Benda usang dilupa
Ah! tercebar rasanya diri
Membubung tinggi atas kini
Sejenak
Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang
Hancur hilang belum dipegang
Terhentak
Kembali di itu itu saja
Jiwa bertanya; Dari buah
Hidup kan banyakan jatuh ke tanah?
Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia
Puisi “Kenangan” mengajak pembaca untuk merenungkan fragmen-fragmen kehidupan yang terlewatkan. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun sarat makna, puisi ini berhasil menyentuh perasaan mendalam tentang penyesalan dan kehilangan. Penggunaan kata-kata seperti “jeriji” dan “benda usang” menciptakan gambaran visual yang kuat, menggugah ingatan akan hal-hal yang sering kita abaikan. Namun, meskipun ada keindahan dalam pilihan kata, beberapa frasa terasa sedikit kabur dan dapat membingungkan pembaca. Keaslian ide tentang refleksi hidup dan penyesalan sangat terasa, tetapi pengembangan tema ini bisa lebih eksplisit untuk memberikan dampak yang lebih kuat. Elemen kejutan dalam puisi ini agak kurang, karena perjalanan emosionalnya cukup dapat diprediksi. Secara keseluruhan, “Kenangan” adalah puisi yang menyentuh, meskipun ada ruang untuk perbaikan dalam hal kejelasan dan eksplorasi tema yang lebih mendalam.