
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Puisi “Diponegoro” menangkap semangat perjuangan dengan sangat memukau, menghadirkan kembali sosok pahlawan yang berani melawan ketidakadilan. Kekuatan emosinya terasa menggebu, seolah mengajak pembaca untuk merasakan semangat juang yang tak padam. Penggunaan kata-kata seperti ‘api’, ‘serbu’, dan ‘terjang’ memberikan nuansa dinamika yang menggetarkan. Namun, meskipun keindahan bahasanya cukup mengesankan, ada kalanya repetisi terasa agak berlebihan, sehingga mengurangi keberagaman ekspresi di dalamnya. Keaslian ide tentang semangat patriotisme sangat relevan, meskipun tema perjuangan ini telah banyak diangkat dalam sastra. Kedalaman makna puisi ini, yang mencerminkan pengorbanan untuk negeri, sangat terasa, terutama di bagian akhir yang menekankan pentingnya ‘merasai’ dalam setiap pengorbanan. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini cukup minim, karena sebagian besar isi telah dapat diprediksi dari tema yang diangkat. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil membangkitkan semangat nasionalisme, meski ada ruang untuk eksplorasi lebih dalam dalam penggunaan bahasa dan ide.