Tong Potong Roti*

Widji Thukul

tong potong roti

roti campur mentega

belanda sudah pergi

kini datang gantinya

tong potong roti

roti campur mentega

belanda sudah pergi

bagi-bagi tanahnya

tong potong roti

roti campur mentega

belanda sudah pergi

siapa beli gunungnya

tong potong roti

roti campur mentega

belanda sudah pergi

kini indonesia

tong potong roti

roti campur mentega

belanda sudah pergi

kini siapa yang punya

solo, kalangan, april 89

  • diilhami sebuah tembang rakyat dari Madura
Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    2
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    3
    3.4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Tong Potong Roti” menyajikan sebuah refleksi yang menarik tentang perubahan sosial dan sejarah, dengan penggunaan repetisi yang menciptakan ritme yang khas. Frasa yang berulang memberikan kesan nostalgia sekaligus ironis, seolah mengingatkan kita akan kehilangan yang dialami oleh bangsa ini. Namun, di balik kesederhanaan bahasa yang digunakan, ada kompleksitas yang dapat diungkap lebih dalam. Penyebutan ‘tong potong roti’ seolah menjadi simbol dari peralihan yang terjadi, di mana sesuatu yang tampaknya sepele memiliki makna yang lebih besar. Kebangkitan tema tanah dan kepemilikan juga sangat relevan dengan konteks Indonesia. Namun, meskipun puisi ini membawa pesan yang kuat, ada kalanya gambaran yang dihadirkan terasa agak monoton karena penggunaan frasa yang sama berulang kali. Hal ini bisa jadi mempengaruhi daya tarik pembaca. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh emosi dan membangkitkan kesadaran sosial, meskipun masih ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut dalam hal keindahan bahasa dan elemen kejutan yang lebih menonjol.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *