mesin cetak darah

M. Aan Mansyur

setiap pagi
kita bangkit & berangkat
melewati hari demi hari berubah

menjadi mesin cetak darah

terlalu banyak bekas luka
terlalu banyak cara mengingat
masa depan yang dulu milik kita

setiap persinggahan: toko suvenir

kotak musik ini
menyimpan rekaman air mata
semua pembantaian berikutnya;

kompas antik ini
jarumnya tidak tahu menunjuk
selain ke pusat jantung korban;

mata biru itu, mata biru itu,
berkilau seperti akhir dunia.

setiap malam
agar mampu terpejam & bermimpi
kita setengah mati menghitung

berapa banyak mayat
hidup kita hari ini

/

setiap pagi
kita bangkit & berangkat
melewati hari demi hari berubah

menjadi mesin cetak darah

akankah kita akhirnya sampai
pada awal yang telah musnah?

tubuh siapa cocok dengan mulut
dunia yang di dalamnya ada jutaan
mulut kelaparan?

keputusasaan mungkin sejenis keyakinan.
bukankah jatuh juga sebuah perjalanan?

dari sana sesuatu yang indah
(kelak mungkin kita tahu namanya)
akan bernapas sehela demi sehela

sehelai demi sehelai

tumbuh & bekerja keras membuat
lengan kita berbeda dengan sejarah

seluruh kehancuran bangkit
menciptakan kehidupan baru
yang lebih masuk akal

mereka yang tiba setelah kita
tidak lagi butuh belajar

mengubah rasa sakit
jadi nyanyian

/

akan datang malam lain
langit sepenuhnya kegelapan

alangkah indah—luas terbuka
seperti tubuh tanpa rasa takut

tubuh yang merelakan diri dicintai

tubuh yang tidak perlu menghabiskan
usia melawan bayangan

akan datang malam lain

di dadanya
jantung kita dengan ringan
melepaskan diri    dari segala

kecemasan

seperti di bawah matahari pagi
seekor kuda putih tanpa beban

menghentakkan embun

dari punggungnya

sumber https://hurufkecil.substack.com/p/mesin-cetak-darah

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    5
    Kedalaman Makna
    5
    Keindahan Bahasa
    4
    4.2/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “mesin cetak darah” berhasil menyampaikan perasaan keputusasaan dan harapan yang saling bertautan dengan sangat kuat. Melalui penggunaan metafora yang mencolok, seperti ‘mesin cetak darah’ dan ‘kompas antik’, penulis menggambarkan perjalanan hidup yang penuh luka dan kehilangan, sekaligus menyiratkan potensi untuk bangkit dan menciptakan makna baru dari rasa sakit. Struktur yang dinamis dan pengulangan frasa ‘setiap pagi kita bangkit & berangkat’ menambah ritme dan intensitas emosional. Bahasa yang digunakan juga sangat puitis, memadukan elemen visual dan auditori yang menawan, meskipun terkadang terasa padat dan mungkin sulit dicerna pada kali pertama. Keaslian ide hadir dalam cara penulis mengolah tema yang universal dengan sentuhan personal, menjadikannya relevan dalam banyak konteks. Namun, elemen kejutan bisa lebih ditingkatkan untuk memberikan dampak yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini menunjukkan kualitas yang sangat mengesankan dan memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *