
setiap pagi
kita bangkit & berangkat
melewati hari demi hari berubah
menjadi mesin cetak darah
terlalu banyak bekas luka
terlalu banyak cara mengingat
masa depan yang dulu milik kita
setiap persinggahan: toko suvenir
kotak musik ini
menyimpan rekaman air mata
semua pembantaian berikutnya;
kompas antik ini
jarumnya tidak tahu menunjuk
selain ke pusat jantung korban;
mata biru itu, mata biru itu,
berkilau seperti akhir dunia.
setiap malam
agar mampu terpejam & bermimpi
kita setengah mati menghitung
berapa banyak mayat
hidup kita hari ini
/
setiap pagi
kita bangkit & berangkat
melewati hari demi hari berubah
menjadi mesin cetak darah
akankah kita akhirnya sampai
pada awal yang telah musnah?
tubuh siapa cocok dengan mulut
dunia yang di dalamnya ada jutaan
mulut kelaparan?
keputusasaan mungkin sejenis keyakinan.
bukankah jatuh juga sebuah perjalanan?
dari sana sesuatu yang indah
(kelak mungkin kita tahu namanya)
akan bernapas sehela demi sehela
sehelai demi sehelai
tumbuh & bekerja keras membuat
lengan kita berbeda dengan sejarah
seluruh kehancuran bangkit
menciptakan kehidupan baru
yang lebih masuk akal
mereka yang tiba setelah kita
tidak lagi butuh belajar
mengubah rasa sakit
jadi nyanyian
/
akan datang malam lain
langit sepenuhnya kegelapan
alangkah indah—luas terbuka
seperti tubuh tanpa rasa takut
tubuh yang merelakan diri dicintai
tubuh yang tidak perlu menghabiskan
usia melawan bayangan
akan datang malam lain
di dadanya
jantung kita dengan ringan
melepaskan diri dari segala
kecemasan
seperti di bawah matahari pagi
seekor kuda putih tanpa beban
menghentakkan embun
dari punggungnya
sumber https://hurufkecil.substack.com/p/mesin-cetak-darah
Puisi “mesin cetak darah” berhasil menyampaikan perasaan keputusasaan dan harapan yang saling bertautan dengan sangat kuat. Melalui penggunaan metafora yang mencolok, seperti ‘mesin cetak darah’ dan ‘kompas antik’, penulis menggambarkan perjalanan hidup yang penuh luka dan kehilangan, sekaligus menyiratkan potensi untuk bangkit dan menciptakan makna baru dari rasa sakit. Struktur yang dinamis dan pengulangan frasa ‘setiap pagi kita bangkit & berangkat’ menambah ritme dan intensitas emosional. Bahasa yang digunakan juga sangat puitis, memadukan elemen visual dan auditori yang menawan, meskipun terkadang terasa padat dan mungkin sulit dicerna pada kali pertama. Keaslian ide hadir dalam cara penulis mengolah tema yang universal dengan sentuhan personal, menjadikannya relevan dalam banyak konteks. Namun, elemen kejutan bisa lebih ditingkatkan untuk memberikan dampak yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini menunjukkan kualitas yang sangat mengesankan dan memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung.