
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh mengingat
Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Puisi “Doa” ini berhasil menyampaikan perasaan kerinduan dan kerentanan yang mendalam terhadap Sang Pencipta. Dengan pilihan kata yang sederhana namun kuat, penyair mengungkapkan perjalanan spiritual yang penuh liku, menciptakan suasana merenung yang intim. Penggunaan metafora seperti “CayaMu panas suci” dan “kerdip lilin di kelam sunyi” menggambarkan pencarian akan cahaya dalam kegelapan, yang sangat relevan dengan pengalaman banyak orang dalam menghadapi kesulitan. Meskipun beberapa frasa terasa sedikit repetitif, pengulangan tersebut justru memperkuat rasa harapan dan keteguhan iman. Puisi ini, dengan demikian, tidak hanya menjadi sebuah ungkapan doa, tetapi juga cerminan dari perjalanan batin yang universal. Secara keseluruhan, karya ini menonjol dalam emosi dan makna, meski masih ada ruang untuk eksplorasi lebih dalam dalam hal keindahan bahasa dan elemen kejutan.