Di Nalanda

Goenawan Mohamad

Pada hari ke-67 di tahun 1193, tak ada lagi orang di jalan ke arah Rajgrih.
Api belum padam di Nalanda.

Seorang bhiksu yang selamat kemudian bercerita, panglima tentara yang memasuki Bihar melemparkan 10 suluh dari atas kudanya dan universitas itu musnah, pelan-pelan.

 

Pada rak-rak yang lebar, 9.000.000 buku mati
satu demi satu.

Pada malam yang paling panas di tahun 1193, seorang opsir Turki
memisahkan diri dari kemah pasukan dan kembali berjalan ke pintu yang tersisa.

Di atas bara dan bangkai-bangkai buku, ia lihat ada yang tak ia pahami. Mungkin iman.
Ada bekas empat patah kata, ”Tuhan tak ingin tua,” masih tertera, dan ia coba tahu artinya.
Ia bertanya: Adakah yang abadi? Atau hanya adrenalin ini?

Di ujung malam, ia seperti melihat seorang rahib menghilang pelan
ke dalam pohon sal

Perang ini terlalu mudah, ia ingat seorang Mamluk berkata,
tapi kemenangan tidak.

2018

Sebuah Kamus

Sebuah kamus
telah dipersembahkan dunia
kepada Tuhan yang tak berbunyi

2018

Share your love

One comment

  1. Keaslian Ide
    3
    Elemen Kejutan
    4
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    5
    Keindahan Bahasa
    4
    4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Di Nalanda” ini berhasil menangkap momen tragis dalam sejarah dengan cara yang sangat menyentuh. Penggambaran kehampaan dan kehancuran universitas Nalanda, serta kerinduan akan pengetahuan, sangat kuat dan menggugah emosi pembaca. Penggunaan elemen sejarah yang dihadirkan dengan gaya naratif yang mengalir menambah daya tarik puisi ini. Pilihan kata-kata yang puitis, seperti ‘buku matisatu demi satu’ dan ‘seorang bhiksu yang selamat’, menunjukkan keindahan bahasa yang memikat, meskipun terdapat beberapa frasa yang mungkin perlu penjelasan lebih lanjut untuk memperkaya pemahaman. Ide tentang pencarian makna dalam kekosongan pasca-perang adalah konsep yang unik dan menggugah pemikiran, meskipun ada beberapa elemen yang terasa kurang baru dalam konteks puisi sejarah. Kedalaman makna yang dihadirkan sangat relevan dengan kondisi manusia dan pencarian spiritual di tengah kegelapan. Akhir yang menggugah dengan pertanyaan tentang keabadian memberikan elemen kejutan yang efektif. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang kuat dan berarti, meskipun ada ruang untuk pengembangan lebih jauh dalam hal keaslian ide dan kejelasan bahasa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *