
Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal
Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada.
Puisi “Rumpun Alang-alang” menyajikan nuansa yang kaya dengan emosi mendalam. Penggunaan metafora ‘alang-alang’ sebagai simbol dari rasa rindu dan kesedihan yang terpendam berhasil menggugah perasaan pembaca. Penulis dengan mahir menyampaikan kerumitan cinta yang terhalang oleh kesepian dan penyesalan, menciptakan ikatan emosional yang kuat antara penyair dan pembaca. Dari segi keindahan bahasa, meskipun terdapat kehalusan dalam pilihan kata, beberapa frasa terasa agak klise, mengurangi kekuatan puisi secara keseluruhan. Namun, keaslian ide yang menyandingkan cinta dengan elemen alam seperti alang-alang menunjukkan kreativitas yang patut diapresiasi. Makna di balik puisi ini juga cukup dalam, menggambarkan pertarungan internal manusia dalam menghadapi perasaan yang tidak terungkap. Meskipun demikian, elemen kejutan di dalamnya tidak terlalu mencolok, sehingga pembaca mungkin dapat dengan mudah menebak arah puisi ini. Secara keseluruhan, ini adalah puisi yang indah dan menyentuh, meski ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut di beberapa aspek.